Bandung | statusberita.com – Sebanyak 39 orang anak mengenakan seragam kuning dari Kelompok Belajar (Kober) Al Muhajirin mengunjungi Sein Farm. Dengan semangat, mereka berlarian menuju kandang hewan, yang berisi ayam dan domba, dengan tujuan memberi makan hewan-hewan tersebut, Selasa(08/08/2023)
Suara riuh teriakan dan tawa anak-anak memenuhi udara ketika salah satu domba mengejar mereka untuk meminta makan. Dari sekian hewan, domba menjadi favorit anak-anak karena kelihatan lebih mudah untuk diberi makan.
Safira, salah satu siswa dari Kober Al Muhajirin, berusia 6 tahun, berbagi pengalamannya selama kunjungan di Sein Farm. Selain bermain dengan domba, mereka juga berkesempatan berinteraksi dengan ayam, burung puyuh, dan bermain di sekitar kolam ikan. Mereka juga mendapatkan pengalaman menanam sayuran.
“Aku tadi main dengan burung puyuh, domba, dan menanam bunga. Aku memberi nama bunganya ‘Pita’. Di sekolah kami, kami belajar bercerita, belajar hal baru, dan tentu saja bermain,” tutur Safira.
Sementara itu, Ahnaf, juga berusia 6 tahun dan ikut dalam kunjungan ini, lebih menikmati aktivitas menangkap ikan di kolam dekat persawahan. Begitu melihat kolam yang penuh dengan ikan, Ahnaf dan teman-temannya dengan penuh semangat langsung melompat ke dalam kolam untuk menangkap ikan. Bahkan, lumpur yang menempel di wajah mereka tidak mengurangi kegembiraan mereka. Terdengar tawa dan sorak sorai kegirangan saat Ahnaf berhasil menangkap ikan dengan tangan kosong.
“Kami tadi bermain seluncuran dan lari-larian. Di sini, kami bisa bertemu dengan domba, ayam, dan ikan. Tapi yang paling aku suka adalah saat menangkap ikan di kolam di dekat sawah. Aku berhasil menangkap satu ikan,” cerita Ahnaf.
Di Sein Farm, terdapat beberapa kolam pembibitan ikan seperti ikan nila, mas, dan lele. Ada juga fasilitas edukasi tentang hidroponik, di mana anak-anak bisa belajar tentang menanam sayuran seperti selada merah, pakcoy, dan cabai menggunakan media busa dan tanah.
Menurut Kepala Sekolah Kober Al-Muhajirin Babakan Ciparay, Sri Rohmawati, dalam satu semester sekolah mereka mengadakan dua kali kegiatan di luar ruangan seperti ini.
“Kami pertama kali mengunjungi Sein Farm pada awal semester ini. Sebenarnya, kami sudah pernah mengunjungi tempat ini lima tahun yang lalu. Saat itu masih dikenal sebagai Kandang Puyuh, tetapi sekarang namanya berubah menjadi Sein Farm,” jelas Sri.
Sri mengakui bahwa antusiasme anak-anak sudah terlihat jauh-jauh hari sebelum kunjungan ini. Mereka sangat tidak sabar untuk bermain di sawah, berinteraksi dengan hewan ternak, dan menangkap ikan.
“Kami sangat bersyukur karena anak-anak sudah tidak sabar menunggu kunjungan ini. Banyak yang bertanya, ‘Bu Guru, kapan kami akan melihat sapi? Kapan kami bisa ke sawah? Kapan Bu Guru akan membawa kami ke gunung?’ Semua pertanyaan ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa,” ungkapnya.
Siswa di Kober Al Muhajirin mayoritas berusia 3-6 tahun. Bagi Sri, pembelajaran di alam dapat menjadi stimulasi yang efektif untuk perkembangan kognitif anak-anak, terutama bagi mereka yang memerlukan pendekatan inklusif. Pasalnya, Kober Al Muhajirin adalah sekolah inklusi.
“Di sini, kami memberikan pendekatan pengajaran yang berbeda untuk setiap anak, mengakui bahwa setiap anak itu unik dan memiliki potensi. Melalui pembelajaran dan bermain di alam, indra anak-anak akan lebih terstimulasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan aktivitas dan kecerdasan mereka,” paparnya.
Ia berharap bahwa melalui pengalaman di alam, anak-anak didiknya akan mendapatkan banyak pelajaran berharga yang tidak bisa didapatkan di dalam kelas.
“Kami berharap bahwa ini akan menjadi bekal berharga bagi mereka sebagai pembelajar sejati di masa depan,” tutupnya. (Dn)