Jakarta | statusberita.com – International Diabetes Federation (IDF) mencatat pada tahun 2021 terdapat 537 juta orang dewasa usia 20 sampai 79 tahun didunia menderita penyakit Diabetes. Menduduki posisi kelima jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia Indonesia sendiri berstatus Waspada. Pada tahun 2021, jumlah penderita diabetes di Indonesia naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya hingga mencapai 19,47 juta.
Celakanya, data WHO menyebut setengah penderita tak menyadari mereka telah mengidap Diabetes. Alhasil penyakit gula ini menjadi penyebab 236 ribu kematian di Indonesia sepanjang 2021.
Untuk memudahkan masyarakat memeriksa kadar Diabetes warga, Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina yakni : Fadhlan Adha, Sukri Alfian dan Ahmad Fauzi, tengah mengembangkan Platform Purwarupa berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bernama ‘DIA-BEAT’. Smart Eye Screening for Diabetic Retinopathy Detection, dan Platform berbasis web-app tersebut digunakan untuk mendeteksi dini diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 1 diakibatkan oleh ketidakmampuan Pankreas dalam memproduksi Insulin. Umumnya diabetes tipe 1 yang sudah komplikasi, akan turut mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dibagian Mata.
Pemeriksaan awal pada penderita diabetes tipe 1 dilakukan melalui tes pengambilan darah di laboratorium, pemeriksaan Retina, dan saraf Mata. Namun, inovasi Fadhlan Adha dkk, mampu membuat skrining yang cukup melalui pemeriksaan mata yang bisa dilakukan sendiri, dan mudah, dengan hasil pemeriksaan yang cepat dan akurat.
“Melalui Platform DIA-BEAT, masyarakat bisa melakukan skrining mata normal atau bergejala Diabetes. Pengguna hanya perlu membuka aplikasi DIA-BEAT, mengunggah gambar Mata, dan melakukan Skrining Mata. Jika ditemukan bintik putih, pembuluh darah yang tidak beraturan, atau bercak darah pada area mata, maka hal tersebut terindikasi Diabetes”, jelasnya, Jum’at 20/1/2023.
Fadhlan menambahkan, bahwa jika terindikasi menderita Diabetes tipe 1, maka pengguna akan diminta untuk mengurangi asupan gula, berolahraga, dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan hasil rekomendasi skrining dapat diunduh dan dikirimkan ke email pengguna.
Sementara itu, Dr. Eng. Muhammad Abdillah sebagai dosen pembimbing memaparkan, bahwa akurasi hasil deteksi Diabetes melalui DIA-BEAT mencapai 99 persen.
“Program aplikasi tersebut cukup akurat untuk deteksi. Sehingga kedepan dapat dikembangkan melalui kerjasama dengan Rumah Sakit di Indonesia untuk mendapatkan data lebih banyak. Agar meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan DIA-BEAT”, ucapnya.
Inovasi ini, telah membawa Fadhlan dkk menyabet gelar Juara Ketiga digelaran acara Indonesia Artificial Intelligence Research Consortium (IARC) Hackathon 2023. Kompetisi ini merupakan program akselerasi strategi nasional dalam menerapkan AI di Indonesia.
“Pengembangan platform ‘DIA-BEAT’ tersebut, menggunakan Super Komputer NVIDIA DGX-A100, yang difasilitasi oleh IARC-DIKTI. Super Komputer AI lah yang berperan untuk menguji data serta memvalidasi model platform tersebut. Umumnya dalam proses pengujian dan validasi data yang terdiri dari ribuan data, akan membutuhkan waktu yang lama. Menggunakan NVIDIA DGX-A100, proses tersebut hanya memakan waktu 1 sampai 2 menit”, ungkap Fadhlan.
“DIA-BEAT juga memiliki kelebihan lain seperti aksesibilitas pengujian yang lebih mudah, proses akuisisi dan analisis yang cepat, konsisten, serta dapat diunduh oleh pengguna”, tutup Fadhlan.
Bagi siswa SMA yang tertarik membangun karir dalam pengembangan teknologi AI, dapat bergabung dalam program Studi Teknik Elektro maupun Program Studi Ilmu Komputer di Universitas Pertamina. Saat ini Universitas Pertamina sedang membuka pendaftaran Ujian Masuk Online Periode Januari 2023. Untuk informasi selengkapnya dapat dilihat melalui laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id
(Arifin)