statusberita.com | Indeks Harga Konsumen AS (CPI) untuk bulan Mei menunjukkan kelemahan yang tidak diharapkan, dengan kenaikan hanya sebesar 0,1 persen dibandingkan dengan kenaikan 0,4 persen pada bulan April. Data ini dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Para ekonom memperkirakan inflasi di AS akan meningkat sebesar 0,2 persen.
Menurut laporan yang dikutip dari CoinDesk pada Rabu (14/6/2023), secara tahun ke tahun, CPI melambat menjadi 4,0 persen pada bulan Mei dibandingkan dengan 4,9 persen pada bulan April, dan diperkirakan akan mencapai 4,1 persen.
Di tengah perlambatan inflasi di AS ini, harga pasar kripto, terutama Bitcoin, cenderung stagnan. Harga Bitcoin (BTC) sempat naik sedikit di bawah 1 persen menjadi USD 26.375 atau sekitar Rp 392,3 juta (dengan asumsi kurs Rp 14.874 per dolar AS) dalam beberapa menit setelah laporan tersebut.
Namun, tidak lama kemudian harga Bitcoin kembali melemah dan saat ini diperdagangkan pada kisaran USD 25.952 atau sekitar Rp 386 juta. Aset kripto lainnya juga terus melemah, terutama setelah adanya sentimen negatif dari Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS (SEC) yang mengambil tindakan terhadap dua pertukaran kripto terbesar.
Berita tentang perlambatan inflasi ini muncul satu hari sebelum hasil pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve AS. Sebelum data CPI pagi ini dirilis, para pelaku pasar memperkirakan sekitar 76 persen kemungkinan bahwa Federal Reserve akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang telah berlangsung sejak Maret 2022.
Sementara itu, pasar tradisional seperti indeks saham berjangka tidak mengalami perubahan yang signifikan, tetap sedikit lebih tinggi dalam sesi ini setelah mengalami kenaikan yang cukup besar pada hari Senin. Imbal hasil surat utang Treasury AS dengan tenor 10 tahun turun tiga basis poin menjadi 3,71 persen, sementara imbal hasil surat utang dengan tenor dua tahun turun enam basis poin menjadi 4,51 persen. (In)